Pada zaman dahulu ada seorang raja dari kerajaan majapahit yang bernama prabu brawijaya, ia mempunyai seorang putri yang cantik jelita bernama putri dyah ayu pusparini. Pada suatu hari sang raja pun bingung memikirkan akan nasib putrinya tersebut lantaran masih belum mau untuk menikah dikarenakan tidak ada pemuda yang sesuai dengan keinginan sang putri lalu sang raja pun berbicara kepada sang anak untuk mengadakan sayembara” siapa pun yang bias mengangkat busur KYAI GARUDAYAKSA dan mengangkat gong KYAI SEKARDELIMA maka akan menjadi calon sang putri “. Sang anak pun dengan berat hati menyetujui permintaan ayahandanya karena ia tidak ingin menyakiti hati ayahnya.
Keesokan harinya di umumkannya sayembara tersebut oleh prajurit kerajaan atas utusan perintah raja dengan rasa gembira semua rakyat di seluruh karajaan atas acara sayembara tersebut dan pada saat acara sayembara tiba semua pendekar dari seluruh plosok datang untuk mengikuti sayembara tersebut akan tetapi semua pendekar tersebut tidak ada yang bisa mengangkat busur dan gong tersebut, sang raja pun bersedih karena tidak ada pemuda yang akan menikah dengan putrinya. Ketika acara sayembara akan berakhir dari kejauhan ada seorang pemuda yang berlari dan berteriak ia ingin mengikuti acara sayembara tersebut semua orang tercenang akan penampilan dan rupa pemuda itu karena pemuda tersebut manusia berkepala lembu lalu sang raja pun mengijinkan pemuda tersebut mengikuti sayembara. Dengan kekuatan dan kesaktiannya pemuda itu bisa menagangkat busur dan gong tanpa ada kesulitan kemudian sang raja dengan berat hati mengumumkan pemuda itu sebagai calon dari sang putri dan raja bertanya nama pemuda itu lalu ia berkata namanya adalah LEMBU SURO. pada malam hari putri dyah ayu cemas akan nasibnya yang akan bersuami manusia berkepala lembu lantas sang putri memutuskan agar ayahandanya berbicara kepada lembu suro supaya di buatkan sebuah kolam di atas gunung kelud untuk ia mandi ketika sudah menjadi istrinya nanti, sang raja pun langsung berbicara kepada lembu suro dan tanpa berpikir lagi lembu suro pun menyanggupi permintaan calon istrinya itu karena lembu suro sangat mencintai putri dyah ayu. Ketika sesampainya diatas gunung lembu suro dengan kekuatannya ia langsung menggalih bebatuan menggunakan kedua tangan dan tanduknya tak menunggu lama ia pun sudah berhasil sampai terdalam, sang putri pun terkejut dan berkata kepada ayahnya supaya memerintahkan pasukannya yang ikut dengan lembu suro agar segera menjatuhkan semua bebatuan yang sudah di galih tadi sehingga dapat menimbun lembu suro, setelah lembu suro tertimbun dan sebelum meninggal lembu suro mengucapkan sumpah serapahnya yang berbunyi “ yoh…. Kediri, mbesuk bakal pethuk piwelasku sing makaping-kaping yoiku Kediri bakal dadi kali,blitar dadi latar,tulung agung dadi kedung “. Mendengar sumpah yang di ucapkan lembu suro sang raja dan putrinya takut akan menjadi kenyataan karena cinta lembu suro yang di khianati sang putri, maka dari itu setiap gunung kelud meletus menandakan kemarahan lembu suro oleh karena itu di adakan doa bersama dan menyediakan sesaji yang di hanyutkan di sungai dekat gunung kelud sampai sekarang tradisi tersebut di lestarikan dari generasi ke generasi