Dahulu kala hidup sepasang suami istri di dusun terpencil setelah beberapa tahun menikah akhirnya sang istri hamil dan mereka di karunia seorang bayi perempuan, akan tetapi bayinya itu ketika lahir tidak menangis maka dari itu dinamakan RORO ANTENG yang artinya perempuan pendiam setelah dewasa ia memiliki kekasih yang bernama JOKO SEGER. Kecantikan dari roro anteng tersebut sempat memikat hati seorang bajak jahat dan sakti.
Pada saat bajak jahat tersebut akan meminang roro anteng. Roro anteng meminta syarat pada bajak jahat agar di buatkan lautan di tengah-tengah gunung bromo yang di mulai pengerjaannya pada malam tiba sampai fajar dengan persyaratan yang tidak wajar tersebut di sanggupilah oleh bajak jahat itu. Pada waktu malam pengerjaannya roro anteng numbuk lumbung dengan kerassehingga ayam-ayam berkokok seakan-akan hari mulai pagi, sang bajak jahat pun marah dan melemparkan batok kelapa sehingga menjadi gunung yang sekarang di kenal sebagai gunung batok. Lalu roro anteng dan jaka seger menikah hidup bahagia, akan tetapi di kebahagia tersebut masih ada rasa kesedihan yaitu setelah beberapa tahun menikah belum di karuniai anak. Lalu Roro anteng dan joko seger pun memtuskan bertapa di dekat gunung bromo, ia meminta untuk segera di karuniai anak dan penunggu gunung pun menyanggupi permintaan tersebut, akan tetapi ada syarat yang harus di penuhi roro anteng dan joko seger yaitu anak terakhir dari roro anteng dan joko seger harus di tumbalkan di kawah gunung bromo, lantas tanpa berpikir panjang mereka menyanggupi persyaratannya.tidak lama kemudian mereka di karuniai 25 anak.
Pada suatu sang penunggu gunung bromo marah karena roro anteng dan joko seger mengingkari janjinya anak terakhir dari mereka belum juga di tumbalkan. Pada akhirnya anak terakhirroro anteng dan joko seger terbawah oleh angina dan terjatuh kekawah gunung bromo, setelah anaknya jatuh kekawah gunung bromo terdengar suara anaknya yang berkata “ wahai saudara-saudaraku aku telah di jadikan tumbal oleh orangtua kita, maka setiap bulan kasada kalian sajikan sesaji di kawah gunung bromo sebagai makananku “. Pada saat itulah setiap bulan kasada mengadakan upacara menyiapkan sesaji berupa hasil bumi yang di tempatkan di kawah gunung bromo.
No comments:
Post a Comment