Selamat siang, hari ini saya belajar menulis cerpen di postingan ini untuk pertama kalinya, agar suatu saat jika saya ingin membuat film animasi 3D, maka sudah bisa membuat cerita sendiri dalam film tersebut, sehingga hasil akhirnya bisa baik dan bisa saya nikmati, dan mungkin para pembaca juga....he...he.. he..☺saran dan kritiknya pren biar membantu saya kedepannya.
CERPEN FIKSI:
Cerpen ini murni imaginasi dari penulis, Jika ada kesamaan nama,tempat dan waktu itu hanya kebetulan saja, , atau nama - nama tersebut sudah banyak digunakan secara umum (general public) sehingga bebas untuk digunakan. Jika terdapat hal – hal yang tidak berkenan di cerpen ini maka silahkan menghubungi penulis untuk selanjutnya dikoreksi lagi.Jika ingin menggunakan tulisan ini serta melakukan perubahan tulisan, harus mendapatkan ijin dari penulis. terima kasih...
www.didinsuko.com
Perjalanan Dudi dan Rian dalam menggapai cita - citanya
Keluarga Dudi adalah keluarga kecil yang terdiri dari ayah,ibu Dudi dan adiknya Adik Dudi bernama intan yang sekarang diasuh oleh paman Dudi, karena pamannya sudah lama tidak mempunyai anak, maka ayah dan ibu si Dudi merelakan intan untuk diasuh oleh pamannya itu. Paman Dudi tinggal di Surabaya dan bekerja sebagai guru PNS di Surabaya. Jadi si Intan bersekolah di Surabaya dan tentunya mempunyai fasilitas yang cukup memadai bagi keberlangsungan hidupnya baik di sekolah maupun di rumah walaupun tidak mewah tapi sudah cukup baginya untuk merasa nyaman tinggal di kota ini. Intan sendiri sekarang duduk dikelas 3 SD.
Sedangkan Dudi sekarang duduk dikelas 6 SD Negeri di Caruban yang terletak di pinggiran kota Madiun.Biasanya pada saat hari raya Idul Fitri saja keluarga Dudi bisa berkumpul bersama dalam acara silaturahim dan arisan keluarga yang dilakukan setahun sekali di rumah pamannya. Ayah Dudi bekerja sebagai seorang sales supervisor yang sering bekerja diluar kota, sedangkan ibu Dudi adalah sorang ibu rumah tangga dan mempunyai usaha kecil pembuatan kecap tradisional yang dikerjakan sendiri diwaktu luangnya setelah selesai mengurus rumah tangga. Hasil dari usaha ini walaupun tidak banyak cukup membantu dalam perekonomian keluarga si Dudi dan sisanya ditabung.
Hari ini pukul 4.10 pagi di tahun 1997, tidak seperti biasanya Dudi bangun sendiri dan bersiap – siap melaksanakan sholat subuh. Ya memang sudah 3 hari ini Dudi yang biasanya harus dibangunkan oleh ibunya untuk sholat shubuh sekarang harus bangun sendiri karena ibunya sudah seminggu ini lebih sering terbaring di tempat tidur karena sakit dan ayah Dudi harus menambah jam kerja karena target kantor yang belum terpenuhi. dan sudah 3 hari ini masih bekerja di luar kota. Ibunya Dudi pernah dibawa ke Puskesmas oleh ayahnya dekat rumah akan tetapi hanya diperiksa dan diberi obat generic oleh dokter setempat. Kemudian setelah minum obat ibunya sembuh, akan tetapi setelah obatnya habis dia sakit lagi dan harus dibawa ke puskesma lagi untuk periksa, dokter dipuskesmas tersebut tidak mempunyai alat canggih untuk mendekteksi penyakit yang dideritanya sehingga sampai sekarang penyakitnya pun belum bisa dideteksi karena memang tidak terlihat parah hanya sering lemas saja dan sedikit sakit dibagian dada sebelah kanan. ada rencana ayah Dudi untuk membawa dan memeriksa ibunya ke rumah sakit di kota Madiun atau Surabaya dengan alat yang lebih canggih, akan tetapi jaraknya cukup jauh dari tempat tinggal Dudi dan tentunya harus mengeluarkan biaya yang banyak pula. Sehingga sekarang masih ditunda sampai cukup uang untuk membawa ibu Dudi ke rumah sakit di madiun atau di Surabaya.
Oleh karena itulah mengapa Dudi sekarang bangun lebih pagi untuk sholat subuh kemudian mencuci bajunya sendiri, serta menyiapkan makanan dan keperluan sekolah Dan untuk keperluan ibunya dia hanya bisa membantu seperlunya saja, karena ibu Dudi masih bisa bangun dan menyiapkan sebagian keperluannya sendiri baik untuk mandi air hangat dan sholat setelah itu kembali berbaring ke tempat tidur. Dan hari ini Dudi tidak menyiapkan makanan untuk sarapan akan tetapi ibunya menyuruh Dudi pergi ke warung langganannya hari ini untuk membeli sarapan buat keduanya. Warung nasi langganannya hanya berjarak 20 meter di sebelah kanan rumahnya, o ya tempat tinggal Dudi ini berada di pinggir jalan raya jadi sangat cocok untuk usaha sebetulnya.
Pemilik warung nasi langgannya memberi nama warungnya Nabungku 5r kepanjangan dari nasi bungkus lima ratusan sudah mendapat prosi yang lengkap (nasi, lauk pauk,sayur plus air minumnya). Kadang – kadang si pemilik warung yang baik hati ini juga sering membagi – bagikan nasinya secara gratis setiap bulan. Tak terkecuali Dudi dapat juga jatah pembagian nasi gratis.
Setelah selesai membeli nasi dan sarapan dengan ibunya, Dudi berangkat sekolah pukul 5.45 dengan mengendarai sepeda. Pagi.Hari ini Dudi membawa perbekalan makanan yang cukup karena si pemilik warung memberi kue gratis untuk dibawa ke sekolah, dan ibunya memberi tambahan uang saku agar nanti siang jika dirumah tidak ada makanan maka Dudi bisa membeli makanan lagi di luar. Pada saat perjalanan menuju sekolah dia melihat si Rian temannya sedang menuntun sepeda miliknya karena dan Dudi pun berhenti untuk menghampiri dan bertanya kepada Rian “Hai Rian ada apa dengan sepedamu?” “Oh Dudi, ini sepedaku bannya bocor” jawab Rian. “Lho itu kan ada tambal ban”,sambil menunjuk kearah belakang Rian. Tapi Rian menggelengkan kepala sambil berkata “sepedaku langsung tak bawa ke sekolah saja, karena uang sakuku hilang di jalan tadi”. Tanpa pikir panjang Dudi langsung menawarkan bantuan untuk menolong Rian dengan uang saku yang dimilikinya agar ban sepeda Rian bisa kembali normal. Harga tambal ban sepeda cuma 200 rupiah, uang saku Dudi 500 rupiah, jadi masih sisa 300 rupiah cukup untuk jajan disekolah jika kurang karena Dudi sudah membawa bekal makanan dari rumah dan diberi kue gratis dari sipemilik warung, dan sisanya bisa ditabung. Setelah ban sepeda Rian selesai. ditambal dengan memakai uang Dudi,mereka bergegas menuju sekolah . Sebetulnya banyak yang ingin menolong dan menawarkan bantuan akan tetapi Rian tidak mau, dan mengapa Rian hanya mau ditolong oleh orang yang dikenalnya saja utamanya teman ya? .
Jarak Sekolah mereka sejauh kurang lebih 600 meter dari rumah Dudi. Jika berjalan kaki kira – kira 15-20 menit. Sedangkan jarak sekolah dari rumah Rian sejauh kurang lebih 1 km . cukup jauh memang. Rian sendiri adalah anak orang kaya dan terpandang di daerah situ, Ayah dan ibu Rian adalah seorang pengusaha mebel dan mempunyai banyak karyawan. Akan tetapi dalam mendidik anak ayah Rian sangat disiplin sekali demi masa depannya. Uang saku diberikan tiap 1 bulan sekali sebesar 500 per hari, kecuali hari libur. Jika 1 bulan ada 30 hari dan hari libur ada 5 hari hitung sendiri, berapa uang saku yang diberikan ayahnya per bulan. Untuk keperluan sekolah Rian boleh meminta langsung pada ibunya sudah dalam bentuk barang, misalnya tas, sepatu buku dan lain – lain. Rian diajarkan bagaimana memanfaatkan uang sebaik mungkin agar tidak menyesal di kemudian hari. Dan hari ini Rian betul – betul tidak membawa uang saku. Dan untuk pergi kesekolahpun Rian harus mengendarai sepeda seperti teman – temannya yang lain.
Setelah mereka sampai di sekolah , mereka mengobrol dan hari ini mereka berdua menjadi teman akrab, karena sebelumnya mereka berdua hanya berteman biasa karena tempat duduk keduanya yang berjauhan Rian berada dideretan bangku pertama sedangkan Dudi berada di bangku deretan ke empat. Rian disekolahnya menduduki rangking pertama sedangkan Dudi berada di rangking ke 3 dalam pelajaran. Tidak lupa mereka membagi makanan yang dibawa Dudi untuk dibagi berdua. Dan selesai jam sekolah mereka pun pulang bersama – sama, Sesampai di rumah Dudi membantu ibunya lagi dan setelah selesai sholat dan makan siang Dudi mengerjakan PR, baru pukul 2 siang Dudi pun bisa tidur siang sebentar. Untuk beberapa hari ini Dudi tidak bermain bersama teman di kampungnya, karena harus menjaga ibunya jika ibunya memerlukan bantun. Sedangkan Rian setelah sampai di rumah mengerjakan sholat lalu dilanjutkan makan siang dan setelah itu langsung tidur, untuk mengerjakan PR ia kerjakan pukul 7 malam dan selesai pukul 9 malam. Untuk bermain – main si Rian hanya diperbolehkan main bersama teman kampung pukul 4 sore dan harus berada dirumah pukul 5 sore. Walupun berbeda jam kegiatan tetapi mereka berdua sangat senang dan bahagia.O ya tidak lupa hari ini Rian bercerita kepada ibunya tentang ban sepedanya yang bocor dan harus ditolong oleh temannya karena uang sakunya hilang.Setelah diceritakan kejadian hari tersebut kepada ibunya, Dudi pun diundang bermain kerumah Rian agar ibunya juga bisa kenal dengan Dudi. Rumah Rian dari rumah Dudi cukup jauh juga , kira – kira berapa kilometer ya?
Keesokan harinya disampaikanlah undangan Rian ke Dudi secara lisan untuk bermain kerumahnya. Dan Dudi menyanggupinya pada hari Sabtu setelah pulang sekolah. Sabtu ini ayah Dudi kebetulan sedang libur juga. Jadi setelah mendapat ijin dari orang tua Dudi , maka Dudipun bermain dirumah Rian untuk pertama kalinya pada hari Sabtu yang telah disepakati. Alangkah kagetnya Dudi sesampainya di rumah Rian dan melihat rumahnya yang begitu besar ada berjejer 3 mobil dirumah itu dan sepeda motor milik karyawan ayahnya. Dudipun sempat bertanya kamu punya mobil “mengapa masih naik sepeda untuk kesekolah?” “Ya ayahku bilang disini tidak seperti dikota udara masih bersih kamu harus sering menghirup udara segar pedesaan, sambil berolah raga naik sepeda tiap hari hal itu sangat menguntungkan dan menyehatkan bagi kamu, itu kata ayahku”, jawab Rian. “Ooo begitu ya, benar juga kata ayahmu” jawab Dudi. Dan dudi diajak masuk keruang lantai 2 rumah Rian setelah Dudi dikenalkan dengan ibunya, disana kamar Rian berada. Dilantai 2 terdapat alat musik gamelan yang sangat lengkap, dan hanya keluarga ini satu – satunya dikampung itu yang memiliki alat musik gamelan lengkap. Kemudian Rian.mengajak Dudi masuk ke kamarnya untuk bermain game komputer, dan baru kali ini dia melihat komputer ada dikamar, ayah Dudi membelikan komputer untuk Rian agar bisa belajar mendisain bentuk furniture/mebel diwaktu luangnya. Tidak hanya itu saja yang ada di kamar Rian yang cukup besar dengan ukuran kamar 6 x 6 meter ini ada bermacam – macam alat musik modern seperti gitar, piano dan lain – lain. Agar Rian juga bisa bermain musik. Dan tentunya yang membuat Dudi takjub adalah koleksi buku bacaan yang lengkap dan tertata rapi.
Hari – demi hari mereka lalui dalam pertemanan sejati mereka .Sampai pengumuman akhir dari ujian kelulusan tingkat SD, pada saat pengumuman nilai terbaik diraih oleh keduanya dengan selisih angka hanya 0,2, si Dudi meraih nilai angka 9,6 rangking 2 dan Si Rian meraih angka 9,8 rangking 1. hingga mereka berdua ingin melanjutkan ke sekolah yang berbeda, karena Rian harus mengikuti orang tuanya yang ekspansi usaha ke Australia untuk sekolah jenjang SMP, sedangkan si Dudi tetap melanjutkan sekolah menengahnya disini yaitu sekolah negeri favorit yang diimpikannya.